Ketika ingin menulis, ketika
imajinasi sedang numpuk, dan disaat itu jemari malas untuk bergerak, itu adalah
moment paling menyebalkan yang pernah kumiliki. Ceritanya ini latepost untuk
diperbincangkan tetapi adakala rasa jenuh berkunjung maka memori lama mulai
kembali kepermukaan. Ceritaku tentang perjalanan perdana Pekanbaru-Duri dan aku
sebagai sang pengemudi. Normal perjalanan dari Pku-Duri ±3 jam melalui darat, karena dari aku lahir sampai umur
sekarang belum ada menggunakan laut dan udara. Sejak kakak tertuaku sakit pada
bulan 4 lalu, orangtuaku jarang kembali ke Duri, alasannya karena mama intensif
ngurusin kakak yang sakit dan sedang hamil.
Sekarang kondisi kakak tertuaku
sudah membaik, sudah bisa ditinggalkan mama, dan sudah bisa ngapa-ngapain sendiri,
nggak terlalu butuh bantuan mama. Mama mau ke Duri, mau ngecek ikan mama gimana
kabarnya, mau refreshing juga karena
mumet di Pku denger ocehan Nenek yang makin hari semakin parah, pernah suatu
malam emosi mama menaik dan membuat histeris.
Ajakan mama ke Duri diterima sama
papa, mereka berdua ke Duri. Papa udah susah ngendarain mobil ke Duri, kaki
kanan nya sudah mulai kaku mindahin gas ke rem, dan tangan nya juga sudah mulai
kaku mutar stir. Dan kalau naik travel ke Duri maka adik-adik nggak bisa ikutan,
fyi ongkos travel itu mehol.
Aku dan keluarga menuju ke Duri
pada selasa, 21 Juli 2015 pukul 02. 30 pm menggunakan mobil dan aku lah sebagai
sang pengemudi. Disamping ada papa sebagai pemerhati dan pemberi arahan dalam
perjalanan, dengan tujuan biar aku bisa berkendara di jalan lintas. Masih di
dalam H+7 yang fuso-fuso masih belum di izinkan jalan, kebanyakan mobil
penumpang yang beroperasi. Kalau ada reporter yang wawancarai dan bertanya apa sih rasanya mengemudi Pekanbaru-Duri? maka inilah
jawaban seorang pengemudi pemula:
Apa yang dilihat WOW dalam perjalanan?
Banyak tempat yang dilewati,
banyak model manusia yang dilihat, menerima kondisi jalan yang berbeda-beda
setiap daerah, ada beberapa daerah yang dilewati, ada jalanan rusak, ada
jalanan bagus dan mulus, ada jalanan yang bergelombang, ada turunan, ada
tanjakan, dan ada jembatan. Banyak mobil yang saling mendahului, ada mobil yang
hanya beriringan, ada mobil yang santai dalam berkendara, dan ada mobil seperti
terburu-buru. Sangat kontras bedanya, ketika mengemudi di kota dengan mengemudi
di daerah-daerah. Kecepatan jalan lintas dituntut untuk laju dan fokus
perhatian, jika ingin mendahului maka di anjurkan untuk mengintip dan memberi
tanda.
Dimana kamu harus lebih fokus?
Di jalanan yang bergelombang,
karena menggunakan mobil kecil dan ketika bertemu dengan gelombang dan jika
tidak di antisipasi maka akan merusak bagian bawah, jadi ketika bertemu
gelombang, papa memerintahkan untuk menginjak gelombang.
Ketika penurunan ada tanjakan maka di penurunan itu sudah harus meng-gas,
karena mobil matic harus begitu. Ketika hendak merem harus dari jauh, di
tekongan jangan meng-gas dan jangan mendahului.
Mengapa perjalanan ini mengasyikkan?
Setelah sampai di rumah, papaku
bertanya gimana capek ga? Cica menikmati pap. Susah jelasin dan ngungkapin apa
arti “menikmati” ditanya capek pasti ada tapi ga banget, ditanya bosen selama
perjalanan nggak juga karena banyak yang bisa dilihat, banyak yang di dapat.
Perjalanan memiliki pengetahuan yang mahal harganya, dengan paham jalan saja
dapat memudahkan, dengan berada di jalan yang berbeda-beda saja dapat membuat
mengerti, jadi ketika mendapati hal ini maka ini yang harus dilakukan, ketika
seperti ini maka ini yang harus di kerjakan. Ketika bertemu pasar maka pelankan
kecepatan, ketika terdapat bolongan dan bisa di hindari maka segera dihindari,
ketika bolongan mengharuskan untuk di injak maka pelan-pelan saja.
Bagaimana rasanya ?
Rasa itu beragam, dan pertanyaan
ini tidak spesifik. Baiklah aku akan mengungkapkan rasa selama ±3 jam
perjalanan. Di awal sebelum lebih menjauh dari Pku masih seperti biasa, tenang,
fokus, dan mari berjalan. Di satu jam perjalanan, sudah semakin banyak mobil
menuju Duri dan menuju Pekanbaru, sudah banyak simpang-simpang yang menuju
daerah lain. Ditanya perasaan sih sama saja seperti mengemudi pada umumnya,
hanya saja kecepatan mobil di lintas lebih cepat.
Kapan jalan ke luar kota lagi?
Sebentar lagi. Ketika pulang ke
Pekanbaru, insyaAllah nyetir lagi. Kalau ada ajakan ke luar kota juga mau, jika
semua safety aku siap-siap aja ngexplore Riau lebih jauh lagi.
Siapa yang mempelopori?
Mempelopori ke Duri sih mama,
gimana cica aja yang bawa ke Duri sekalian belajar, kan ada papa disamping jadi
bisa ngasih tahu selama perjalanan. Papa menambhakan, supaya terbiasa juga bawa
di jalan lintas, kapan lagi belajar dan kapan lagi mencoba, selagi sekarang
bisa, ya lakukan. Pernah mau ke Duri tetapi nggak dapat approve dari papa, dan sekarang papa nya ada, kita bawa pulang ke
Duri.
Welcome dear... |
Wow, seru cerita bareng kamu Ca. Semoga
bisa bepergian lebih jauh (lagi), lihat keindahan setiap daerah yang kamu
kunjungi. Bercerita banyak hal apa yang kamu dapatkan, apa yang kamu nikmatin,
dan apa yang bisa kamu bagi untuk orang lain. Baik itu informasi dan ilmu
pengetahuan tentang apa saja, teruslah berbagi, karena berbagi jauh dari
stress, jauh dari bosen, dan jauh dari yang sebel-sebel..hihi
0 Comments
Hayy.. Jejak anda yang akan mengubah pikiran saya ttg postingan ini, silahkan berkomentar dengan sopan.