Malin Bonsu cerita rakyat yang
berasal dari kota Pelalawan, Riau. Adanya kesamaan cerita dengan kisah Romeo
dan Juliete, tetapi di akhir kisah Romeo dan Juliete menceritakan bahwa kedua
nya meninggal di hari yang sama, sedangkan di kisah Malin Bonsu ini hanya si Malin
saja yang meninggal sedangkan Putri Jailan, tunangan Malin Bonsu berubah
menjadi Siamang, disini saya tidak akan menjelaskan kenapa tunangan Malin Bonsu
bisa berubah menjadi Siamang, bukan salah saya :p
Cerita berlanjut bahwa si Malin
Bonsu yang sudah meninggal di hidupkan kembali oleh seorang Peri, Malin Bonsu
masih mengingat tentang tunangan nya yang masih berupa Siamang. Ia ingin sekali
mengubah tunangan nya menjadi manusia kembali, maka dari itu Malin Bonsu
berusaha untuk mencari obat/mantera agar mantera segera punah dari sang
tunangan.
Dalam perncarian nya Malin Bonsu
di kelilingi oleh tiga wanita yang menjadi istrinya, wanita-wanita ini
terpesona dengan Malin Bonsu, karena menurut cerita Malin Bonsu memiliki panu
dan panu itulah yang memberikan pesona kepada Malin Bonsu. Dalam kisah Malin Bonsu
ini, istri pertama dan istri kedua tidak jelas akhirnya bagaimana sedangkan
istri ketiga nya inilah yang memiliki obat untuk mematahkan mantera Putri
Jailan, tunangan Malin Bonsu. Malin Bonsu mengetahui dan mencoba mengambil
mantera itu, Akhirnya setelah Malin Bonsu mendapatkan mantera tersebut, ia
kembali mendatangi tunangan nya dan Putri Jailan kembali menjadi manusia dan
mereka hidup bersama.
Mengetahui bahwa Malin Bonsu
pergi, Andam Sari - istri ketiga Malin Bonsu marah dan bersedih dengan
sikap Malin Bonsu tersebut, akhirnya istri ketiga Malin Bonsu menenggelamkan diri
nya ke laut dan menjadi hantu laut.
Pelajaran dari kisah Malin Bonsu
ini adalah : ” Cinta Butuh Pengorbanan.”
Kisah Malin Bonsu ini adalah
terjemahan dari sebuah nyanyian panjang, yang dulunya di nyanyikan sebagai lagu
pengantar tidur untuk anak-anak, bukan kisah nya yang panjang tetapi nyanyian
nya lah yang panjang. Jefri salah satu sastrawan Riau, “ Lagu ini liriknya
sangat panjang, berdurasi sekitar 6 hari,
banyak lirik yang di ulang maka nya bisa sampai berhari-hari.” Ungkapnya saat ditemui
di TB Gramedia kemarin (Pekanbaru, 23 April 2014).
Dengan adanya Bedah Buku “Malin
Bonsu” ini sangat memberikan pengetahuan bagi para pemuda-pemudi Riau, bahwa
kita punya cerita rakyat yang luar biasa loh. Dan kita memiliki kewajiban untuk
menjaga sastra lisan agar bisa selalu eksis sampai kapan pun, bahwa anak dan
cucu kita nanti tidak akan miskin dengan cerita rakyat.
Laporan langsung saya yang ikut
meramaikan acara Bedah Buku “Malin Bonsu” yang terdapat banyak pelajaran di
dalam cerita tersebut, ayo perkaya diri dengan cerita rakyat terdahulu
J
Pictures selama Pembedahan berlangsung :
|
Comot 1 |
|
Comot 2 |
|
Comot 3 |
|
Comot 4 |
|
Team Bulan Pusaka |
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Blog : Bulan Pusaka Pekanbaru 2014
1 Comments
luar biasaa..nyanyian panjang... nyanyinya 6 hari
ReplyDeletetanpa hentikah? estafetkaah?
Hayy.. Jejak anda yang akan mengubah pikiran saya ttg postingan ini, silahkan berkomentar dengan sopan.