"Dera...dera bangun nak.. “Ibu
memukul lembut badanku hingga aku tersadar dari tidur lelapku,. Lalu Ibu
berjalan menuju jendela membuka tirai dan sinar mentari pagi mulai memancarkan
sinarnya menerangi kamarku yang tadinya gelap.
“Dera, kamu mandi dulu ya setelah itu
sarapan baru pergi ke laut, jangan sampai kamu tidak sarapan. Ntar mudah capek
kan belum ada asupan energi.” Ibuku memberi perintah.”
Aku keluar dari dalam selimut yang
tadi aku tarik setelah ibu membuka tirai dan menuju ke kamar mandi dengan
setengah sadar.
Aku turun kebawah dan melihat ibu
telah menungguku dimeja makan. “Pagi ibu, apakah pagi ini kamu ok?” Tanyaku
manja.” Ibu tersenyum padaku dan berkata: “ Aku selalu ok kalau melihat kamu
seperti ini setiap pagi anakku.”
Ibu masak telur gulung sosis pagi ini,
rasanya nggak perlu ditanya. Karena bagi dera masakan ibu tak ada tandingan
nya. “Bu, aku pamit duluan ke laut yaa. Ibu ntar nyusul aja..”Jelas reda.” Lalu
dera mencium kening ibu dan menyalam tangannya dan dera keluar dari rumah. Saat
itu juga dari dalam rumah ibu melambaikan tangannya ke arahku sambil berkata: “
Hati-hati dera.” Senyum nya membuat semangat pagiku menjadi 1000 kali lipat
ketika melihat ibu sehat dan cantik sekali hari ini. Ibu bagaikan sosok manusia
yang luar biasa, dari mimik mukanya beliau bagaikan tidak pernah mengeluh dan
bermasalah dengan kehidupan yang dijalaninya. Dialah matahari dalam hidupku
yang selalu memberikan segalanya tanpa meminta imbalan, menjadi orangtua
tunggal bagiku.
###
Ibu menjadi orangtua tunggal setelah
ayah memutuskan untuk ikut perang pada masa penjajahan jepang. Saat itu aku
masih 5 bulan didalam kandungan ibuku. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang
seorang ayah sejak aku terlahir di dunia ini. Ibuku membesarkanku sendirian,
sampai aku bisa melakukan kegiatan ku sendiri.
“Bu, ayah lagi
dimana sekarang?” tanya reda pelan.
“Ayah mu lagi
berada ditempat yang jauh nak.” Kata ibu menatap reda.
”Kenapa dia
tak pernah pulang menemui kita disini bu?” tanya reda lagi.
“Ayah mu sudah
ditempatkan disana dan tidak bisa pulang kembali berkumpul bersama kita nak.”
Jawab ibu lagi.
“Emang tugas
ayah disana banyak ya bu?” Ibu hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang dera
tanyakan lagi. Ibu malah menyuruhku bergegas ke sekolah karena takut terlambat
masuk, karena saat itu aku sudah duduk di bangku TK.
Kami berdua selalu pergi bersama
menggunakan sepeda. Ibu mengantar ku ke sekolah terlebih dahulu dan setelah itu
barulah dia kelaut untuk mendapatkan ikan yang akan dia jual kembali. Ibu
berprofesi sebagai penjual ikan di laut yang ikan nya didapat dari nelayan.
Upah yang didapat dari jualan ibu itu sudah cukup untuk kebutuhan kami
sehari-hari dan biaya sekolah ku. Dari pagi sampai sore ibu di laut menjual
ikan-ikan ke pengunjung pasar. Aku sering membantu ibu ketika libur tiba,
ketika hari libur aku menemani ibu dari pagi, membantu mengambil ikan dari
nelayan dan membawanya ke lapak yang telah kami dirikan disana. Aku senang bisa
meringankan beban pekerjaan ibu, jadi setiap hari libur aku sudah bangun sangat
pagi dan mengajak ibu ke laut setelah mandi dan sarapan bersama kami lakukan.
Seperti sekarang ini, aku menuju ke laut untuk mengambil ikan. Aku mengayuh
sepedaku menuju laut dengan tidak terburu-buru. Diusiaku yang telah beranjak 17
tahun aku ke laut tidak dibonceng ibu lagi seperti dulu aku berusia 5 tahun.
Karena saat Sweet seventeen ibu memberikan ku hadiah sebuah sepeda
sport yang harganya tidak terlalu mahal. Sekarang kami sudah memiliki sepeda
masing-masing.
“Pak, aku
ambil ikan nya yaa..” Aku permisi pada sang juragan ikan.
“Oke red, itu
yang di keranjang pita hijau yang ada nama ibumu. Itu yang kau ambil ya.
“Oke pak,
makasih. Aku permisi ke lapak dulu ya pak.”Ungkapku sambil berlalu meninggalkan
bapak juragan ikan.
Aku meletakkan keranjang ikan ini
dibelakang sepeda yang udah aku desain sendiri, dikhususkan memang untuk
meletakkan ikan, dan aku tidak susah payah lagi harus mengangkat nya ke lapak
menenteng dengan tangan.
Kubuka lapak kami yang ada di laut dan
membereskan meja-meja yang akan mejadi tempat ikan-ikan ini diletakkan. Lalu
aku pisahkan ikan menurut jenisnya.
###
Ibuku tidak hanya menjual satu macam
ikan saja, beliau menjual ikan dengan bervariasi. Ada ikan ini,ini,ini dan ini.
Setiap ikan memiliki harga yang beragam per kg nya. Dan sama dengan pedagang
lainnya, harga ikan tertentu hampir sama dan jarang yang berbeda. Karena dalam
strategi berjualan. Lapak siapa yang memberikan harga yang mahal , lapak
tersebut tidak akan laris dan pembeli pun tidak akan datang ke lapak tersebut.
Jadi harga ikan yang ibu jual udah ditetapkan sama dengan harga-harga yang ada di lapak lain.
Setelah dera merapikan susunan ikan
menurut jenisnya dan membuka lapak kami. Ibu belum juga datang ke lapak, maka
dera membuka satu novel yang baru saja dia beli 2 hari yang lalu dan sengaja
dia bawa ke lapak dengan tujuan untuk menemaninya hari ini, novel itik bali.
“Novel itik
bali yang menarik.” Puji dera.
Ibu akhirnya datang dengan menaiki
sepedanya. Sepeda ini sudah sangat lama, sejak aku belum lahir sepeda ini sudah
ada menemani ibu kemana pun beliau pergi dan fakta yang terungkap saat ayah dan
ibuku pacaran sepeda ini sudah ada menemani hari-hari mereka bersama.
“Bu, semuanya
sudah selesai. Ibu tinggal duduk manis dan menunggu pembeli pertama kita pagi
ini..” Aku berseru setengah meledek.
”Dera, kamu
temanin ibu dagang hari ini kan?” ibu bertanya.
“Pasti dong
ibu.” Jawabku cepat.
Menemani ibu adalah momen yang sangat
berharga bagiku, selain aku bisa melihat wajah ibu yang cantik walaupun usianya
tidak lagi muda. Aku juga bisa membantu nya membungkus ikan yang telah di pilih
pembeli kedalam plastik.
Ketika pembeli tidak ada, aku sering
curhat dengan ibu, apa saja. Apa yang aku rasakan dan apa yang ingin aku
cita-citakan kelak setelah aku tamat dari bangku SMA.
Dera tahu kalau ayah sudah meninggal
saat perang berlangsung, ayah terkena peluru nyasar dari tembakan senjata
pasukan jepang. Dan mayatnya tidak ditemukan, makanya makam ayah tidak ada.
Jadi setiap kami ingin takziah kami hanya mengirim do’a setelah selesai sholat. Jadi sejak
dera tahu ayah sangat berjasa dalam mempertahankan bangsa ini. Dera memilih
cita-cita menjadi polisi, polisi yang bisa mempertahankan negara ini seperti
pekerjaan ayah dera ketika itu. Mendengar cerita yang dera lontarkan. Ibu sangat
mendukung cita-cita yang dera impikan dan ibu berdo’a. “Agar cita-cita mu kelak
akan terwujud dan dengan jalan yang mudah Allah berikan untuk mu ya nak.”
###
Cita-citaku menjadi polisi ternyata
tidak kesampaian, sekarang aku berada di negara orang menjadi TKW di Perancis
sebagai pencuci piring. Aku hidup sebatang kara disini, jauh dari ibu..jauh
dari keluarga dan jauh dari rumah. Aku bekerja untuk menghidupi diriku disini
yang luntang lantung tak jelas akan kemana nantinya. Semua perkerjaan aku
datangi dengan bahasa yang seadanya.
Sebelum aku di perintahkan ke
Perancis, aku memang sudah mengikuti training selama sebulan khusus untuk
mempelajari bahasa atau dialog yang akan sangat penting ketika dera telah
berada disana.
Pertama datang ke Perancis, dera
bekerja dengan orang asli Indonesia. Beliau membuka Restaurant makanan Padang
disini, jadi dera minta tolong agar diangkat menjadi pembantu nya disini
sebagai pencuci piring. Dera difasilitasi makan dan digaji disini, walaupun
tidak besar tapi dera bisa menghidupi dirinya sehari-hari. dera tidur di dalam
toko beliau. Setiap pagi dera membantu beliau membuka toko, membersihkan toko,
dan dera juga membantu beliau memasak masakan yang akan dijual direstaurant
ini.
Berjalannya waktu dan karena dera
rajin, dera naik posisi menjadi koki di restaurant ini. Awal menjadi koki dera
hanya mengikuti perintah yang di suruh beliau. Menu apa yang harus dimasak dan
bahan-bahan apa yang harus dipakai. Pelan-pelan, Sekarang dera sudah bisa membuat
olahan sendiri. Dengan kekreatifitas yang dera ciptakan. Olahan ini sebenarnya
dera pelajari dari masakan beliau sebelumnya. dera hanya me-mix and match kan masakan yang satu dengan masakan
yang lainnya.
Dera bisa berada di Perancis karena
saat itu dilaut sedang pasang, jadi ibu tidak bisa berdagang. Kami mengalami
krisis ekonomi yang sangat tragis. Pasang ini berlangsung sangat lama,
dikabarkan dari BMG sebulan kedepan pasang masih akan terjadi.
“Bu, aku akan mendaftar menjadi TKW ke
Perancis ya?” ijinku dengan ibu malam itu.
”Kita tidak bisa begini terus bu. Dari
pada ibu yang mencari kerja mending aku pergi menjadi TKW. Ibu sudah tua,
jangan bebankan masa tua mu dengan mencari nafkah buat kita. Biarlah aku yang
mencari nafkah sekarang. Ibu cukup mendukung dan mendo’akan aku saja.” Pintaku
pada ibu.”
Hari senin pagi dera diantar ibu ke airport, dera
pamit dengan ibu. Kucium kening ibu dan kusalam tangan nya dan kupeluk erat
tubuhnya yang sudah ringkih. Beliau menangis, beliau menangis tanpa ada sepata
ucapan yang keluar dari bibirnya. Dera tahu dia sangat sedih, dia takut tinggal
sendiri tanpa dera disampingnya. Tapi bagaimana pun aku harus pergi demi masa
depan kami, demi krisis ekonomi yang sedang kami alami saat ini. Kulepaskan
pelukan ku dari ibu dan ku usap airmata yang telah membasahi pipi beliau dan
berkata:” dera akan mengabari kondisi sebisa mungkin bu dan kalau dera sudah
memiliki penghasilan, dera akan mengirimkan nya kesini. Untuk ibu.” Janjiku.
Dera masuk ke pesawat dan melihat ibu
masih menangis dari balik jendela pesawat. Dera tidak rela meninggalkan ibu
seorang diri. Dia sudah menemaniku hampir 17 tahun, dan sekarang dera harus
meninggalkan nya sendiri dengan kondisi beliau yang tidak fit lagi. Dera berusaha kuat dan hanya
bisa mendoa’kan semoga ibu dilindungi dan selalu diberi kesehatan.”
###
Sekarang... Dera sudah ahli dalam
memasak, dera resign dari restaurant yang pemiliknya orang
Indonesia itu. Dan mencoba mengikuti contest-contest memasak yang diadakan di
Perancis.
Sampai dera mendapat banyak gelar dan
banyak penghargaan dari contest-contest yang ia ikuti. Dera juga sudah mempunya
restauran sendiri dan dera sering di panggil menjadi juri dalam contest
memasak.
Dera menetap di Perancis, dera jemput
ibu yang ada di Indonesia dan mengajaknya kesini untuk menemaniku dan
membantuku mengembangkan restaurant kami. Kami hidup bahagia dan sejahtera di
Perancis, ibu memiliki banyak teman disini. Lebih sering memberikan senyuman
terindahnya yang dera tahu itu membuat dera senang dan dera bangga memiliki ibu
seperti dirimu.
SELESAI
Ide, writer and editor :
0 Comments
Hayy.. Jejak anda yang akan mengubah pikiran saya ttg postingan ini, silahkan berkomentar dengan sopan.